Si Si Si Singaporeeee (1)


"Udah jauh-jauh ke Batam, jangan sampe nggak ke Singapore, rugi." begitu kata bapakku sambil memberi beberapa lembar dollar Singapore. 

Demi lembaran duit yang sayang kalo gak dipakai dan keinginan menjelajah, akhirnya berbekal surat ijin dan kormashitku yang baiknya luar biasa, aku mengambil jatah libur untuk pergi ke pulau seberang. Tiket feri dari sekupang udah di tangan dengan harga yang luar biasa murah, 120ribu PP dari harga aslinya sekitar 500rb PP. Aku, bersama ketiga travelmate, Adi, Deni, dan Irma cabut ke Singapore naik pancung sampai sekupang lalu dilanjut naik feri ke Singapore. Disana ketemu bapak-bapak yang aslinya Semarang. Walah malah ketemu sodara sekampung.

Satu setengah jam dan kami sudah bisa melihat Sentosa Island. Begitu excitednya kami yang sepanjang perjalanan cuma tidur. Walaupun handphone gak ada sinyal, kami tetep bahagia karena akhirnya kami sampai di tempat yang cuma bisa kami liat dari jauh selama beberapa minggu. 

Di Harbourfront, kami kaya orang ndeso yang melihat segala macam kemewahan Singapore. Kami aja bingung bagaimana cara naik MRT karena kami gak tau gimana cara beli tiketnya (Di Indo gak ada soalnya). Akhirnya kami mendapatkan pencerahan setelah ke bagian Informasi. Tapi setelah mendapat tiket pass turis seharga 18SGD, kami bingung juga mau ngapain. Seorang bapak petugas MRT, dengan tertawa melihat tingkah ndeso kami mengajarkan cara menggunakan tiket tersebut, "Just tap it here." katanya. Okelah sir.

MRT, bagiku yang nggak terbiasa naik moda angkutan seperti itu, aku merasa excited dan nyaman karena MRTnya adem, bersih, cepat, dan gak ada copet. Untungnya pas kami tiba disana, bukan pas rush hour sehingga MRT terasa lengang. Apalagi dengan sistem tiket terintegrasi dengan bus yaitu SGD 8 dan uang jaminan SGD 10, bisa naik MRT dan Bus selama sehari penuh unlimited. 

Peta Rute MRT dan LRT


Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 15 menit, kami sampai juga di jalan yang paling terkenal di Singapore, Orchard Road. Kami semakin ndeso melihat kemodernan dan kemewahan Orchard Road yang isinya toko-toko semacam Gucci, Prada, Burberry, Boss, Luis Vuitton, YSL, dan semua toko yang masuk aja aku gak punya mental. Bahkan aku menemukan ini,

7Eleven ala orchard road
7Eleven ala warung sebelah rumah. 7Eleven yang di Jakarta adalah tempat nongkrong anak gaul yang hobinya minum slurpee sambil beli mash potato terus nongkrong lama, di sini menjadi sebuah warung PKL.Dan selanjutnya aku akan melihat 7Eleven di Singapore seperti semacam Indomaret di Indonesia.

Kemudian kami ngemper di Orchard Road. Saat itu sedang puasa jadinya kami menahan haus dan lapar seraya banyak godaan dimana-mana, termasuk tukang es potong. Beberapa saat kemudian, datanglah temannya si Adi, Kak Za dan suaminya Bang Zainal (yang ternyata ibunya orang semarang. wow, banyak ketemu sodara sekampung) yang nantinya bakal jadi host kami selama di Singapore.

Lalu kami diajak ke rumah Kak Za di Chuo Chu Kang, di Singapore bagian barat. Santai beberapa, menikmati wifi gratis sambil apdet status atau foursquare biar lebih gahoeell dan kemudian kami cabut lagi ke Orchard untuk ketemuan sama sodaraku, Mba Inez yang kuliah di sana. Kemudian mencari makanan berbuka puasa di Bugis Street yang pelayannya ngomongnya pake Singlish. Nasi ayam hainan dan kemudian aku jatuh cinta dengan makanan itu.

Kemudian kami ke Clarke Quay, tempat ajojing ajep-ajep di pinggir kali. Banyak bar dan kafe bertebaran. Muter-muter ngeliatin kafe yang aneh-aneh dan lampu yang aduh buset bagus banget dah. Ditutup dengan melihat atraksi dari si penjual es krim Turki yang suka muter-muterin es krimnya gak jelas.

kalo pinggir kali Singapore kayak gini







Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer