Kok kalau...........

ini hasil percakapan sore saya dengan teman kosan saya, si Mira
ceritanya kita lagi melihat berita tentang kasus ariel peterpen yang dilaporkan ke polisi gara-gara ngrusakin kamera punya salah satu wartawan televisi swasta di Indonesia (yaiyalah). si wartawan gak terima gitu sama ulah si ariel yang ngrusakin kameranya. Ariel dikenai pasal tentang pengrusakan barang dengan hukuman max 2 tahun penjara.

oke, kasusnya kita potong sampe situ, karena belum ada kelanjutannya.

yang aku heran itu yaaa.....kok kalau artis atau publik figur bermasalah kaya masalah ngrusakin kamera orang terus mencemarkan nama baik orang itu pasti ujung2nya ditindak secara pidana.

Bukankah kalo kasus ariel peterpen yang ngrusakin kamera itu sama saja kaya kalo temen saya nyobek kertas ujian saya dengan sengaja, terus saya gak terima ceritanya, sah2 aja dong kalo saya laporin ke polisi.

Maksud saya itu adalah kenapa sih mereka ribet amat gitu lho memperkarakan hal2 yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang lebih kekeluargaan daripada sekedar bolak-balik ke kantor polisi, keluar dari kantor polisi dengan kaca mata hitam dan menunjukkan berkas pengaduan.

Seperti kaya artis ini melaporkan artis satunya gara2 penganiyayaan. artis satunya gak terima dan balik melaporkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Ribet banget yah kesannya.

terus pak polisinya juga kenapa repot2 mengusut kasus seperti itu padahal masih banyak jutaan kasus yang harus diselesaikan seperti kasus korupsi berlarut-larut, kasus orang yang miskin menuntut keadilan (inget kasus yang suami istri ditabrak, istrinya meninggal, suaminya malah di penjara)

oke, saya bukannya mau menyudutkan pihak itu dan anu lho, saya cuma miris aja gitu. kesannya kok hukum tuh gak sama rata gitu di masyarakat. Padahal di UUD 45 kan udah diatur pada salah satu pasal bahwa emang masyarakat itu harus mendapat hukum yang sama (lupa ni pasal berapa)

kenapa ya kok kalau pihak2 tertentu diprioritaskan sedang yang lain dikesampingkan. tanya kenapa?

Komentar

Postingan Populer