KAPAN NIKAH
Kenapa budaya kita suka banget mencampuri urusan orang lain?
Misalnya gini, ada anekdot tentang pertanyaan basa-basi yang
nggak akan habis sampai kamu mati. Dimulai dari pertanyaan “Kapan Nikah?” yang
kemudian merambat pada “Kapan Hamil?” “Normal apa cesar?” “Kapan nambah adik?” “Mau
disekolahin dimana?” dan lain – lain yang sebenarnya tidak terlalu penting
untuk ditanyakan.
Yang kemudian membuat orang yang ditanya akan menjadi
semakin tertekan.
Iya, Tertekan.
Bagi saya yang berusia 25 mau ke 26 tahun, pertanyaan “Kapan
Nikah?” adalah pertanyaan yang jamak ditanyakan oleh kebanyakan orang karena
menganggap usia saya itu sudah saatnya membangun rumah tangga.
Disaat seperti itulah terkadang saya merasa tertekan.
Padahal orang tua sayapun tidak usil Tanya-tanya kapan
nikah, tidak memburu-buru saya untuk segera menikah, bahkan ketika saya minta
mencarikan jodohpun, orangtua saya menolaknya, katanya biar saya saja yang
mencari dan menemukan.
Tapi justru orang-orang yang bukan orang terdekat, yang
hanya kenal saya sepintas, yang hanya bertegur sapa sekilas yang melontarkan
basa-basi paling basi, “Kapan nikah?”
Sosial yang menekan saya. Pandangan umum masyarakat yang
membuat saya memburu-buru diri saya sendiri untuk segera mencari pasangan
hidup. Dan postingan di Facebook tentang enaknya menikah muda, nikmatnya berpacaran
setelah menikah yang membuat saya terkadang meratapi nasib percintaan saya yang
tidak seberuntung mereka.
Mereka bilang saya pemilih, mereka bilang saya menetapkan
standar tinggi, mereka bilang saya terlalu sibuk bekerja sehingga saya lupa
mencari.
Yang kemudian mereka akan cap saya dan orang-orang di atas
umur saya yang belum menikah sebagai perawan tua, telat menikah, jangan kaya
mereka.
Tapi mereka tahu bahwa saya memang tidak seberuntung mereka
yang dengan mudah mendapatkan jodoh. Bahwa saya, sama seperti mereka yang tidak
berhenti mencari dan menyelipkan doa disetiap sujud. Bahwa saya berusaha untuk
menjadi pribadi yang lebih baik sembari menunggu. Bahwa saya, berusaha
mengabaikan pertanyaan jamak tersebut walau terkadang dalam sunyi terus
bertanya pada Rab, kapan giliran saya?
Tidak ada kata terlambat untuk jodoh. Stop bertanya hal
tersebut pada orang-orang yang sedang menunggu karena kamu tidak akan pernah
tahu apa yang sedang mereka hadapi dan perjuangkan.
Komentar
Posting Komentar