Jomblo

22 Tahun dan Jomblo

Love Experience : 0

Itu saya.

Lalu masalahnya apa?

Kira-kira begini, saya sebenarnya tidak mempermasalahkan status kesendirian saya yang berusia 22 tahun dimana menurut kehidupan sosial, usia 22 tahun setidaknya sudah pernah punya pacar atau sedang punya pacar. 

dan saya belum punya.

Lantas?

Ya tidak lantas bagaimana-bagaimana. Toh saya sendiri santai saja terhadap kesendirian saya.

Saya dan sedikit dari teman-teman saya.

Sebagian yang lain cenderung mengasihani saya.

Dan menganggap bahwa "kasian sekali dirimu sampai sekarang masih Jomblo."

Memangnya kenapa sih kalau jomblo? kenapa jomblo selalu diletakkan di kasta terendah dalam dunia percintaan. Bahwa nggak punya pacar itu nggak cool. Bahwa jomblo itu identik dengan ngenes.

Bukankah memilih untuk sendiri itu juga sebuah pilihan?  

Ini juga Tuhan sedang menskenariokan proses pertemuan saya dengan jodoh saya dan saya sedang menunggu bersama kesendirian. Semua orang juga sedang menunggu, hanya cara melewati proses menunggu itu yang berbeda. 

Biarkanlah para jomblo, single itu hidup dengan caranya masing-masing. Persepsi di luar belum tentu benar untuk per personal. Jadi buat apa jadi jomlo yang ngenes dan dikasihani banyak orang? Jomblo tuh harus struggle dalam menghadapi hidup. Hidup kamu kamu kamu yang jomblo itu lebih ceria karena kamu gak harus menangisi banyak omong kosong di hidupmu. Dan semoga sekalinya para jomblo sejak lahir menemukan tambatan hatinya, itu adalah jodoh yang telah dipersiapkan Tuhan untukmu.

Salam pembelaan terhadap kejombloan seseorang.

Bahwasanya Jomblo itu adalah anugrah, bukan kutukan.






Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer