Dear MR A part 4

Ketika Alam berkonspirasi, kita nggak bisa melakukan apapun, ya kan MR A?

Alam jogja sedang menyebarkan abu vulkanik. Haruskah aku berterimakasih kepada abu MR A, ditengah bencana bahwa kenyataannya aku dan kamu dipertemukan dalam sebuah tempat yang bahkan aku sendiri tidak menyangka akan bertemu denganmu.

Bukan di teknik, bukan di lotek sagan, tempat makan kesayanganmu atau di BEM, tempat kamu menghabiskan waktu.

Tapi di tempat cuci motor. Hah? Oke, tempat tersebut bukan tempat yang aku inginkan untuk bertemu kamu. Aku sih inginnya di taman penuh bunga atau di restoran oke. tapi okelah, kalau pikiran kita tidak seragam untuk mencucikan motor kita, kita juga tidak akan pernah bertemu.

Aku menyapamu duluan. Hey, aku berani lho menyapamu duluan. Ha….secara hanya ada aku dan kamu disitu, aku tidak mau berpura-pura cuek tidak kenal denganmu.

Dan kamu membalasnya. Ho….dengan senyum terbaikmu, senyum 100 watt yang bisa membuat jantung cewek manapun akan berdetak 5 kali lebih kencang (ah…itu hanya berlebihanku saja).

Kita hanya berbincang sedikit. Hanya sedikit. Oke, aku memaklumi keadaanmu yang emang cool dan pelit ngomong. Huhuhu….lagipula kamu sibuk menekuni bukumu. Kamu akan ujian kan? Makanya aku tidak berani mengganggumu dan aku juga sedang berusaha memperbaiki kondisi jantungku. Oke, kamu emang gak baik buat jantungku.

Yang lebih tepat adalah, diantara kita terdapat sebuah tembok. Tembok transparan di pihakku dan tertutup di pihakmu. Aku bisa melihat kamu. Mendengarkan kamu. Sampai aku memujamu. Tapi kamu bahkan gak melihat itu. Gak mendengar. Mungkin kamu juga gak merasakannya.

Yah, aku tahu dan sadar diri bahwa siapa sih aku? Aku hanya seorang pengagummu. Orang yang bisa berdebar-debar hanya dengan melihat kamu memberantaki rambut belakangmu. Orang yang Cuma bisa melihat wajah coolmu yang tanpa senyum itu dengan diam-diam dan tersenyum-senyum sendiri. Orang yang jika bertemu denganmu sehari saja rasanya hari itu bakal menjadi hari terindah dalam hidupnya.

Ya,,,mungkin bagimu itu berlebihan. Tapi kenyataannya adalah memang seperti itu. Aku tak bisa menolak reaksi seperti ini. Reaksi berlebihan jika bertemu kamu. Biar saja semua orang menganggap aku semacam keabnormalan. Tapi aku menganggap ini sebagai sebuah reaksi sah. Yang menganggapku abnormal adalah mereka yang tidak pernah membaca komik jepang. Ehehehehe.

Saat motormu sudah kembali bersih itu saatnya kamu untuk pergi duluan. Kamu mengucapkan salam biasa saat orang akan pulang duluan. Aku, Cuma bisa tersenyum. Ingin aku menjawabnya tapi entah mengapa tenggorokanku tercekat.

Dan hey, aku menemukan kebiasaan burukmu. Kamu bukan orang rapi karena kamu tidak melipat jas hujanmu dengan rapi. Ok, just intermezzo. Aku selalu senang bisa menjadi orang yang dapat mengetahui data dan fakta dirimu secara akurat dan pertama.

Hehehehhe…..

Aku ingin tak ada lagi tembok transparan di hadapanku. Aku ingin dua2nya menjadi transparan. Atau dua2nya menjadi buram saja agar tidak Cuma aku yang merasa begini.

Komentar

Postingan Populer